PulauSumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Sumba berbatasan dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID c3aNS6KjPqLy6p_nsnhUPwRK2iV4kEIVBa593qy0TriB3CQM0ct06A==
PulauSumba pada umumnya didiami oleh suku Sumba. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Sumba Timur sekitar 234.642 jiwa. Masyarakat Sumba cukup mampu mempertahankan kebudayaan aslinya ditengah-tengah arus pengaruh asing yang telah singgah di kepulauan Nusa Tenggara Timur sejak dahulu kala. Nusa Tenggara Timur NTT telah lama dikenal sebagai salah satu sentra penghasil aneka tenunan yang bahkan terkenal hingga mancanegara. Namun tak hanya kaya akan tenunan, provinsi yang beribukotakan Kupang ini juga memiliki ragam pakaian adat yang berasal dari berbagai suku. Setiap suku menawarkan kekhasan dan keunikan pada pakaian adatnya. Artikel ini mengulas berbagai jenis pakaian adat NTT dari masing-masing suku yang ada di wilayah tersebut beserta aksesorisnya. Ragam busana adat tersebut dilengkapi dengan foto atau gambar dan penjelasannya. Jenis-jenis Pakaian Adat NTT 1. Pakaian Adat Suku Rote2. Pakaian Adat Suku Sabu3. Pakaian Adat Suku Helong4. Pakaian Adat Suku Dawan5. Pakaian Adat Suku Sumba6. Pakaian Adat Suku Manggarai7. Pakaian Adat Suku Lio8. Pakaian Adat Suku Sikka9. Pakaian Adat Suku Kabola10. Pakaian Adat Suku Abui 1. Pakaian Adat Suku Rote Pakaian adat suku Rote, sumber Suku Rote adalah suku asli yang mendiami pulau Rote di Nusa Tenggara Timur dan juga beberapa pulau disekitarnya. Jauh sebelum mengenal kapas, masyarakat tradisional Pulau Rote telah menggunakan serat gewang untuk ditenun menjadi bahan pakaian yang akan mereka kenakan. Ketika pewarna kain modern belum dikenal secara luas, masyarakat Rote menggunakan bahan-bahan alami untuk mewarnai tenun ikatnya. Pewarna yang mereka gunakan berasal dari kunyit, tarum Indigofera tinctoria, dan juga akar mengkudu. Warna-warna yang digunakan pada tenun ikat Rote pada waktu itu juga masih terbatas pada warna-warna dasar. Kini tenun ikat Rote telah mengalami berbagai perubahan seperti menggunakan kapas sebagai bahan dasarnya, dan juga menggunakan pewarna tekstil dari industri. Hasilnya adalah corak dan warna tenun ikat Rote yang semakin beragam. Tak hanya sebagai hiasan dan corak, motif yang ada pada tenunan menunjukkan daerah asal penghasil tenunan. Bermacam motif pada tenunan Rote umumnya diambil dari tumbuhan dan binatang yang banyak di temui di provinsi ini. Kain tenun ikat berupa sarung disebut lambi tei sedangkan tenunan selimut dinamakan lafe tei. Kain tenun inilah yang kemudian menjadi pakaian adat suku Rote. Pakaian tradisional yang umum dikenakan kaum pria suku Rote adalah berupa kemeja legan panjang dengan warna putih polos. Sebagai pasangannya untuk bagian bawah adalah sarung tenunan berwarna gelap khas pulau Rote. Sarung tenun ini dikenakan hingga menutupi separuh bagian betis dan sebuah golok diselipkan pada bagian depan pinggang. Pada bahu disampirkan kain tenun lainnya yang berukuran lebih kecil seperti selendang. Ti’i Langga, sumber Pakaian ini dilengkapi juga dengan topi untuk kaum pria yang dikenal dengan nama Ti’i langga. Topi yang memiliki bentuk melingkar lebar di sekelilingnya dengan bagian tengah menjulang tinggi ini terbuat dari daun lontar kering. Konon topi yang terbuat dari daun lontar ini melambangkan sikap orang Rote yang dikenal keras. Tak hanya dipakai oleh kaum pria, para wanita Rote juga memakai Ti’i Langga saat membawakan tarian tradisional Foti. Untuk pakaian adat kaum perempuan, suku Rote menggunakan tenun yang dibentuk seperti kemben atau kebaya pendek. Sementara bagaian bawah juga mengenakan tenun ikat. Hiasan kepala berupa lempengan yang terbuat dari perak, emas, atau perunggu yang berbentuk bulan sabit dengan tiga buah bintang pada sisi kiri kanan dan tengahnya. Hiasan kepala ini disebut bulak molik yang artinya bulan baru. Tambahan aksesoris lainnya adalah berupa gelang, anting, ikat pinggang yang disebut pending dengan motif hiasan bunga atau hewan unggas, dan juga kalung susun yang sangat khas atau biasa disebut habas oleh masyarakat setempat. 2. Pakaian Adat Suku Sabu Tenunan Hii Hawu, sumber Suku Sabu mendiami pulau Sawu dan pulau Raijua di Nusa Tenggara Timur. Penduduk pulau Sabu menyebut tanah mereka sebagai rai hawu yang memiliki arti tanah dari Hawu’, dan menyebut diri mereka sebagai Do Hawu atau orang Hawu’. Suku Sabu memiliki tenun ikat yang diolah menjadi sarung yang mereka sebut hii hawu, dan selimut atau higi huri. Motif tenunan Sabu adalah flora, fauna, dan geometris. Sedangkan warna yang sering digunakan untuk tenunan ikatnya adalah warna-warna seperti cokelat kemerahan dan biru. Pakaian adat suku Sabu, sumber Pakaian adat sehari-hari untuk kaum pria suku Sabu hampir serupa dengan Suku Rote, yakni terdiri dari kemeja putih lengan panjang, kain tenun sebagai penutup tubuh bagian bawah, dan kain tenun berukuran lebih kecil yang disampirkan pada bahu. Sedangkan bila hendak dipakaikan pada pengantin pria, pakaian ini ditambah dengan berbagai aksesoris. Sebagai hiasan kepala, pria mengenakan destar dan mahkota yang terbuat dari emas dengan tiga tiang. Aksesoris pelengkap lainnya adalah berupa kalung, sabuk dengan dua buah kantong, dan gelang emas. Sementara pakaian adat kaum wanita sehari-hari adalah berupa kebaya pendek dengan bawahan berupa sarung tenun yang dililit dua kali. Dalam pakaian adat sehari-hari kaum perempuan Sabu tidak mengenakan aksesoris. Sedangkan untuk pengantin wanita, pakaian adat yang dikenakan dilengkapi dengan berbagai aksesoris. Untuk pakaiannya berupa kain tenun yang bersusun dua dililitkan ke pinggul dan dada menyerupai kemben. Aksesoris yang dikenakan adalah ikat pinggang, gelang emas dan gading, kalung dan liontin, serta anting/giwang. Selanjutnya hiasan kepala berupa tusuk konde berbentuk uang koin emas disematkan pada rambut yang disanggul berbentuk bulat tinggi di atas kepala. 3. Pakaian Adat Suku Helong Pakaian adat suku Helong, sumber Suku Helong adalah salah satu penduduk asli Pulau Timor Nusa Tenggara Barat. Suku ini juga memiliki pakaian adatnya sendiri. Pakaian adat suku Helong untuk pria adalah berupa kemeja atau baju bodo. Sedangkan sebagai bawahan berupa kain yang diikatkan ke pinggang berbentuk selimut. Untuk ikat kepala adalah berupa destar. Selain itu mereka juga mengenakan kalung atau habas sebagai hiasan leher. Sementara pakaian adat kaum perempuan berupa kebaya ataupun kemben. Sebagai penutup bagian bawah adalah berupa kain tenun yang diikat dengan ikat pinggang emas yang biasa disebut pending. Perhiasan kepala berupa lempengan seperti bulan sabit, kalung dengan hiasan yang juga berbentuk bulan, dan anting-anting atau biasa disebut kerabu. 4. Pakaian Adat Suku Dawan Pakaian adat Amarisi sub suku Dawan, sumber Suku Dawan dikenal juga dengan nama suku Atoni mendiami pulau Timor di Kabupaten Belu. Sementara orang-orang dari suku Dawan disebut sebagai atoni pah meto yang maknanya adalah orang-orang dari tanah kering’. Hal ini merujuk pada orang-orang suku Dawan yang hidup di pedalaman pulau Timor yang tanahnya sangat kering. Masyarakat suku Dawan sangat menjaga kelestarian adat dan budayanya. Ini tercermin dalam falsafah yang dianutnya yakni feto-mone. Semboyan ini mengandung makna dan filosofi tentang harmoni dan keselarasan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai satu kesatuan. Harmoni ini juga tercermin pada pakaian adatnya. Meskipun terdapat berbagai kesamaan dengan suku lainnya, pakaian adat Dawan memiliki lebih banya aksesoris. Hampir serupa dengan suku Helong, kaum pria dari suku Dawan memakai baju bodo sebagai pakaian atas. Selanjutnya kain tenun seperti selimut dililitkan pada pinggang beserta ikat pinggang. Selain itu para laki-laki suku Dawan biasa membawa alu mama yang berupa tas kain tenunan dengan motif suku Dawan berukuran kecil menyerupai kantong. Tas ini dipakai dengan cara diselempangkan di bahu dengan tali yang juga terbuat dari tenunan. Untuk bagian tali tidak selalu memiliki motif yang berasal dari tenunan karena dapat pula berasal dari susunan manik-manik. Biasanya alu mama ini diisi dengan sirih dan pinang. Tas ini menjadi salah satu aksesoris penting bagi kaum laki-laki suku Dawan tanpa memandang usia dan status sosialnya. Masyarakat suku Dawan, sumber Kemudian untuk aksesoris yang dikenakan adalah kalung emas dengan bandul seperti gong dan muti salak. Dalam bahasa setempat muti salak disebut anahida. Perhiasan ini berupa manik-manik dari batu alam dengan warna khas oranye hingga merah gelap. Konon di masa lampau, Muti salak dapat menunjukkan status sosial seseorang dalam masyarakat dan dijadikan sebagai pusaka turun temurun. Aksesoris yang dikenakan pria suku Dawan selanjutnya adalah ikat kepala atau destar yang dipadukan dengan hiasan tiara. Selanjutnya adalah dua buah gelang Timor menjadi pelengkapnya. Sementara untuk pakaian adat wanita berupa sarung tenun yang dikenakan sebagai bawahan, selendang untuk menutup bagian dada, dan kebaya. Sebagai aksesoris untuk hiasan leher, mereka juga mengenakan muti salak, serta habas dengan liontin gong. Kemudian untuk hiasan tangan, kaum prempuan suku Dawan mengenakan sepasang gelang kepala ular. Sebagai anting-anting adalah giwang Kerabu. Tak lupa hiasan kepala khas bulan sabit serta tusuk konde dengan hiasan tiga buah koin. 5. Pakaian Adat Suku Sumba Pakaian adat Sumba, sumber Suku Sumba mendiami pulau Sumba pada empat kabupaten di Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Sumba hingga kini masih memegang tradisi dan budayanya. Demikian pula halnya dengan pakaian yang dikenakan, menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan dan budaya masyarakat suku Sumba. Tak hanya sekedar penutup tubuh, pada masa lampau busana yang dikenakan seseorang menunjukkan status sosial dan posisinya di dalam masyarakat Sumba. Namun saat ini pemilihan busana tidak lagi untuk menunjukkan status sosial seseorang, tetapi lebih kepada tingkatan kepentingan acara yang hendak dihadiri. Tenunan Sumba Tenun ikat Sumba, sumber Salah satu bagian yang paling penting dalam pakaian adat suku Sumba adalah tenunan. Tenunan Sumba menjadi bagian yang terpisahkan dalam berbagai prosesi adat suku Sumba dimana fungsinya tak hanya sebagai pakaian, tetapi juga semacam mata uang yang dipertukarkan. Selain itu, di dalam perkawinan tenunan berfungsi sebagai simbol mas kawin dari keluarga perempuan. Sementara dalam acara pemakaman, tenunan menjadi tanda berkabung. Bahkan tenunan menjadi semacam pengikat atau ucapan terimakasih terkait dengan suatu hutang piutang. Simak pembagian jenis tenunan ikat Sumba dan keterangannya di bawah ini. 1. Hinggi Kain tenun Hinggi, sumber Hinggi adalah berupa lembaran kain yang lebar dan panjang seperti selimut yang diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Hinggi biasanya dibuat berpasangan, satu bagian dililitkan ke pinggul, sementara bagian lainnya disampirkan ke bahu. Motif yang digunakan untuk Hinggi berasal dari hewan lokal seperti ayam jantan, kuda, rusa. Selain itu juga motif lokal Sumba seperti pohon tengkorak dan mamoli penjelasan mengenai mamoli dapat dibaca pada bagian pakaian wanita Sumba. Pengaruh dari luar seperti Tionghoa dan Belanda juga nampak pada motif naga dan singa. Hinggi terdiri dari beberapa jenis yaitu Hinggi Kaliuda, Hinggi Kombu, dan Hinggi Kawuru. 2. Lau Tenun ikat Sumba, sumber Lau adalah tenunan berbentuk sarung yang diperuntukkan bagi kaum perempuan. Sementara untuk motifnya beragam seperti tengkorak, rusa, singa, burung, hingga corak yang dipengaruhi budaya Belanda dan Tionghoa seperti motif berupa bendera tiga warna dan naga. Terdapat beberapa macam Lau yang dibedakan berdasarkan teknik pembuatannya. Jenis-jenis Lau tersebut adalah Lau Kawuru, Lau Pahudu, Lau Mutikau, dan Lau Pahudu Kiku. Pakaian Adat Laki-laki Pakaian adat pria Sumba, sumber Pakaian tradisional untuk kaum pria suku Sumba adalah dua lembar Hinggi yang terdiri dari Hinggi Kombu dan Hinggi Kawuru. Kombu sendiri adalah nama untuk tenunan Sumba yang berwarna merah. Tenunan ikat Sumba dikenal dengan pewarnaan alaminya. Warna merah ini didapat dari akar mengkudu. Sedangkan Kawuru adalah tenunan berwarna biru yang pewarnanya berasal dari dari daun tarum atau kerap juga disebut daun nila. Selanjutnya Hinggi Kombu dililitkan pada pinggul dan diperkuat dengan ikat pinggang kulit, sementara Hinggi Kawuru menjadi pelengkapnya. Hiasan kepala adalah sebuah ikat kepala yang dikenal dengan sebutan tiara patang yang dililitkan dengan teknik tertentu sehingga menghasilkan jambul. Letak jambul ini sendiri sesungguhnya sebagai lambang dengan makna yang berbeda-beda, karenanya posisi jambul dapat disesuaikan dengan makna apa yang ingin dikemukakan oleh penggunanya. Tangan sebelah kiri dihiasi oleh gelang kanata dan muti salak. Sebilah parang atau kabiala yang merupakan senjata tradisional diselipkan di sisi kiri melengkapi busana pria Sumba. Pakaian Adat Perempuan Pakaian adat perempuan Sumba Sementara untuk pakaian adat wanita, kain tenun yang dikenakan berupa Lau Kawuru, Lau Mutikau, Lau Pahudu, dan Lau Pahudu Kiku. Kain tenun dalam bentuk sarung ini kemudian diikatkan melingkari dada yang disebut ye’e. Kaum wanita Sumba juga biasa membawa tas anyaman dari pandan atau kulit kayu yang dinamakan kaleku pamama. Sebagai aksesoris adalah anting-anting yang dikenal dengan nama mamoli atau mamuli. Perhiasan telinga berbentuk belah ketupat ini dapat terbuat dari emas, perak, ataupun kuningan. Mamoli dapat berupa anting polos lobu atau ukiran karagaf dengan ukuran yang cukup besar dan berat. Anting Mamuli, sumber Selain sebagai perhiasan telinga mamoli juga dijadikan liontin. Mamoli merupakan salah satu perhiasan yang penting dan berharga bagi masyarakat suku Sumba. Konon mamoli melambangkan alat reproduksi perempuan sebagai pemberi kehidupan. Selain itu terdapat juga giwang yang terbuat dari emas dan perak yang disebut puli. Perhiasan kepala perempuan Sumba sama dengan perempuan dari suku lainnya di NTT, yakni berupa lempengan berbentuk bulan sabit atau tanduk kerbau yang oleh masyarakat Sumba diberi nama tabelo. Hiasan kepala ini dapat terbuat dari emas ataupun perak. 6. Pakaian Adat Suku Manggarai Pakaian adat NTT, sumber Suku Manggarai mendiami bagian barat pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, dan hidup tersebar di Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat, dan Kabupaten Manggarai Timur. Flores sendiri terdiri dari 8 kabupaten dengan ibukota-ibukota diantaranya Labuan Bajo, Ruteng, dan Bajawa. Masyarakat Manggarai memiliki beberapa jenis pakaian adat yang digunakan pada waktu berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing. Macam-macam pakaian adat tersebut antara lain pakaian yang dikenakan untuk upacara-upacara adat, berperang, dan pakaian untuk pemain Caci. Permainan Caci adalah berupa permainan rakyat yang juga dikenal sebagai tari perang. Kostum penari Perang Caci. sumber Bagi masyarakat suku Manggarai pakaian tak hanya sekedar berfungsi sebagai penutup tubuh. Lebih dari itu, pakaian adat memiliki memiliki fungsi etik, estetika atau keindahan, dan juga mengandung nilai-nilai religius. Hal ini tercermin pada tenunan Manggarai yang dikenal dengan nama songke. Setiap motif yang ada pada kain songke mengandung makna tersendiri. Kain songke adalah salah satu unsur penting yang wajib dikenakan dalam busana masyarakat adat Manggarai baik pada pria maupun wanita. Pada kaum perempuan Manggarai umumnya pakaian ini terdiri atas kain songke yang dililitkan seperti mengenakan sarung. Selanjutnya adalah balibelo yang berupa perhiasan di kepala yang terbuat dari logam keemasan. Sementara selendang dipakai pada acara pernikahan dan tari. Selain itu kebaya juga menjadi bagian dari busana yang dikenakan oleh kaum perempuan pada upacara adat suku Manggarai. Pakaian adat Manggarai Sementara pakaian adat pria Manggarai terdiri dari kemeja putih lengan panjang dan kain songke. Kemudian dilengkapi dengan ikat kepala yang disebut sapu dengan motif seperti batik atau kopiah bermotif songke sebagai pengganti sapu. Pakaian adat ini dilengkapi dengan selendang bermotif songke yang diselempangkan menyilang. Selanjutnya adalah tubi rapa, berupa manik-manik yang dipasang pada wajah seperti tali helm. Tujuan pemakaian tubi rapa dalam permainan Caci adalah untuk melindungi wajah. 7. Pakaian Adat Suku Lio Tenunan suku Lio, sumber Suku Lio merupakan suku tertua di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebagai suku tertua, masyarakat suku Lio menjaga tradisi yang diwariskan turun temurun. Sebagaimana suku-suku lainnya di NTT, suku Lio juga memiliki kain tenun sendiri yang menjadi bagian dari pakaian adatnya yakni tenun ikat Patola. Sekilas tenun ikat ini menyerupai kain tenun asal India. Tak heran karena tenunan ini memang mendapat pengaruh dari budaya India dan Portugis pada abad ke -16. Pada masa lampu, kain tenun ini sangat istimewa sehingga hanya dikhususkan untuk golongan tertentu saja seperti kepala suku dan keluarga kerajaan. Kain tenun ini bahkan dijadikan penutup jenazah bangsawan dan turut pula dikuburkan bersamanya. Tenun ikat Flores, sumber Tenun ikat Patola adalah ekspresi budaya suku Lio. Konon setiap motif merupakan representasi kehidupan sosial suku ini dari masa ke masa. Selain itu ragam karakteristik lokal juga ditampilkan dalam motif tenunan. Ciri khas dari kain tenun ini adalah dasarnya yang berwarna gelap dengan motif berupa daun, ranting, hewan, dan manusia yang diberi warna merah atau biru. Nama-nama motif tenun ikat ini antara lain nggaja, rajo, dan motif sinde. 8. Pakaian Adat Suku Sikka Pakaian adat NTT, sumber Sikka adalah nama sebuah kabupaten dengan ibukota Maumere yang juga nama suku yang ada di pulau Flores. Salah satu kerajinan asal Sikka yang terkenal adalah tenun ikat dengan beragam motif. Secara tradisional tenun ikat Sikka menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan. Oleh masyarakat Sikka, tenunan ini dijadikan pakaian adat yang dikenakan dalam upacara adat dan keagamaan. Salah satu unsur pakaian adat yang berasal dari tenunan ini adalah kain sarung. Tenunan sarung untuk kaum pria adalah Lipa atau Ragi. Perbedaan kedua tenunan ini terletak pada motif dan warna. Lipa bermotif flora dengan warna-warna yang cerah sedangkan Ragi memiliki motif garis biru dengan warna dasar cenderung gelap. Sementara tenunan sarung yang diperuntukkan bagi kaum perempuan Sikka bernama Utang. Sarung ini dikenakan sebagai penutup tubuh bagian bawah dengan cara dililitkan ke pinggang. Sebagai penutup tubuh bagian atas, pria Sikka mengenakan pakaian seperti kemeja berwarna putih yang biasa disebut labu. Pelengkap pakaian selanjutnya berupa selendang tenun atau lensu sembar yang diselempangkan di dada. Sementara sebagai penutup kepala atau disebut Lesu Widin Tilun adalah berupa destar dikenakan dengan teknik ikatan yang menghasilkan kedua ujung menjuntai di kedua sisi wajah. Penutup kepala suku Sikka, sumber Kaum perempuan juga mengenakan pakaian atas berupa labu yang biasanya terbuat dari sutera dan dikenal dengan nama Labuliman Berun. Namun labu untuk perempuan tidak seperti kemeja pada umumnya karena terdapat modifikasi yakni bagian atas pakaian ini sedikit terbuka. Selendang kaum perempuan atau dong diselempangkan di dada dan kemudian dililitkan ke pinggang. Rambut disanggul dengan bentuk melingkar yang disebut legen dan diperkuat dengan tusuk konde bernama hegin untuk selanjutnya diberi hiasan yang disebut soking. Pada kedua pergelangan tangan dikenakan hiasan terbuat dari gading dan perak/emas yang dikenal dengan nama kalar. 9. Pakaian Adat Suku Kabola Pakaian kulit kayu suku Kabola, sumber Suku Kabola adalah salah satu sub suku yang ada di pulau Alor. Mereka mendiami kampung tradisional Monbang yang merupakan perkampungan asli suku ini. Berbeda dengan suku-suku lainnya di NTT, suku Kabola memiliki keunikan pada pakaian tradisionalnya yang terbuat dari kulit kayu. Selain itu kulit kayu yang digunakan juga memiliki ciri khas yakni berwarna putih dan tidak melalui melalui proses pewarnaan. Pakaian kulit kayu ini berasal dari pohon kayu Ka. Pakaian kulit kayu pria suku Kabola, sumber Dibutuhkan setidaknya satu batang pohon kayu Ka untuk membuat satu pakaian orang dewasa. Bagi kaum perempuan, pakaian kulit kayu ini berupa baju terusan tanpa lengan, sementara untuk pria pakaian kulit kayu hanya sebagai bawahan sedangkan bagian atas bertelanjang dada. Sebagai aksesoris pelengkap adalah berupa tas, gelang dan ikat kepala yang kesemuanya juga terbuat dari kulit kayu. Meskipun pakaian adat suku Kabola terbuat dari kulit kayu, tetapi suku ini tetap memiliki kerajinan tenun sendiri. Motif pada tenunan suku Kabola hampir serupa dengan suku-suku lainnya di pulau Alor. 10. Pakaian Adat Suku Abui Suku Abui, sumber Suku Abui mendiami wilayah Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Salah satu kampung tradisional suku Abui bernama desa Takpala. Sama halnya seperti suku Kabola, Abui adalah sub suku di pulau Alor yang juga dikenal dengan nama-nama lain yakni Barawahing, Barue, atau Namatalaki. Masyarakat Abui sendiri menyebut diri mereka sebagai Abui laku yang artinya adalah orang pegunungan’. Hal ini merujuk pada wilayah kediaman suku Abui yang berada di kawasan pegunungan. Selain kehidupannya yang dikenal dekat dengan alam, suku ini memiliki keunikan berupa kain tenun yang dibuat dengan alat tradisional. Pakaian tradisional suku alor adalah berupa kain sarung dan kain tenun yang mereka buat sendiri. Sementara untuk para penari, pakaian tradisional ini juga dilengkapi dengan atribut berupa gelang kaki. Sedangkan untuk penari pria, mereka mengenakan penutup kepala yang juga terbuat dari tenunan Alor. Demikianlah pakaian adat dari suku-suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Busana adat, termasuk di dalamnya kerajinan tenun ikat dari kepulauan Nusa Tenggara seperti yang berasal dari NTT dan NTB Nusa Tenggara Barat, telah dikenal sejak lama dan menjadi salah satu warisan bernilai tinggi. Beragam pakaian tradisional dan tenunan tersebut adalah ekspresi budaya yang diwariskan turun temurun. Tak hanya sekedar penutup tubuh, pakaian adat mengandung makna dan juga sebagai representasi dari tiap-tiap suku yang ada. Semoga pakaian adat dapat terjaga terus kelestariannya.
  1. Асիр хոδոц
  2. Νኔбጩ пошоπоդէ ера
    1. Хрጬ усиճ եдрамը оክузвխςу
    2. ሩузу тևваվакուձ лиչиλጷጊ
  3. Ыփաщеሱ уኹоኝεձըз
    1. ጪклαхеከωкл ቬибፐբоφυ аτупр
    2. ውо лущаψиծ
Kabokang adalah tarian tradisional yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini umumnya dimainkan oleh para penari

Halo Sobat MI! Kali ini, Mengenal Indonesia akan membahas pakaian adat Nusa Tenggara Timur atau biasa disingkat NTT. Provinsi yang beribu kota di Kupang ini memiliki jumlah penduduk sekitar 5,3 juta pada tahun kurang lebih pulau yang berada di Nusa Tenggara Timur. Tiga pulau utama di NTT adalah Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor bagian barat.Terdapat beberapa suku utama yang mendiami provinsi NTT. Diantaranya adalah suku Sumba, suku Rote, suku Manggarai, suku Lio, suku Dawan, suku Helong, dan suku kelompok suku tersebut memiliki pakaian adatnya tersendiri berdasarkan kepercayaan dan tradisi yang dibawa sejak zaman leluhur. Mereka menggunakan pakaian adatnya untuk acara-acara penting, seperti apa sih, pakaian adat Nusa Tenggara Timur? Lalu, apa keunikan dari setiap pakaian adat NTT? Yuk, simak penjelasannya!1. Pakaian Adat Suku SumbaSumber InstagramSuku Sumba merupakan salah satu etnis utama di NTT. Mereka umumnya tinggal di pulau Sumba yang secara administrasi terbagi menjadi 4 kabupaten. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur untuk laki-laki Sumba terdiri dari dua lembar hinggi, hinggi kombu dan hinggi kawuru, yang menutupi badan dan dibuat dengan teknik tenun ikat dan pahikung. Hinggi ombu dipakai pada pinggul dan diperkuat letaknya dengan sebuah ikat pinggang kulit yang lebar, sedangkan hinggi kawuru digunakan sebagai pelengkap. Tiara patang juga dikenakan di sekitar kepala dan dapat ditempatkan pada posisi yang berbeda untuk menyampaikan berbagai makna. Laki-laki juga mengenakan kabilaa dan menghiasi pergelangan tangan kiri mereka dengan kanatar dan mutisalak, kabilaa melambangkan kejantanan dan muti salak melambangkan kemampuan ekonomi dan status sosial. Item pakaian ini adalah simbol kebijaksanaan, kekuatan, dan kebaikan adat NTT untuk wanita Sumba Timur meliputi beberapa jenis kain yang diberi nama sesuai dengan teknik pembuatannya, seperti lau kawuru, lau pahudu, lau mutikau, dan lau pahudu kiku. Kain ini dikenakan sebagai sarung setinggi dada, dengan bahu tertutup taba huku dengan warna yang sama. Tiara berwarna polos diikatkan di kepala, dilengkapi tiduhai atau hai kara, sedangkan perhiasan logam seperti maraga disematkan di dahi. Perhiasan mamuli berupa kalung emas dikalungkan di leher dan digantung hingga ke Pakaian Adat Suku RoteSumber OramiSuku Rote merupakan salah satu etnis utama di NTT. Mereka umumnya tinggal di Pulau Rote yang secara geografis merupakan wilayah paling ujung selatan Indonesia. Selain itu, populasi Suku Rote juga menyebar ke pulau-pulau lain di NTT, seperti Pulau Timor, Pulau Ndao, dan Pulau adat Nusa Tenggara Timur dari suku Rote dikenal dengan Tenun Ikat, terbuat dari kain tenun yang sering dipasangkan dengan kemeja putih panjang dan sarung tenun ikat berwarna gelap. Selendang kain dengan pola yang sama dengan kain di bagian bawahan dikenakan sebagai penutup dada untuk melengkapi pria dari pakaian adat NTT dari Rote ini dilengkapi juga oleh topi yang terbuat dari daun lontar kering bernama ti’i langga. Bentuknya menyerupai topi sombrero dari negara Meksiko. Topi ini menyadi simbol kewibawaan yang dimiliki oleh kaum pria Suku itu, aksesoris wanita dari pakaian adat NTT Suku Rote ini berupa bulo malik yang berbentuk seperti bulan sabit dan dipakai di bagian kepala. Wanita Rote juga mengenakan kalung di leher yang bernama Pakaian Adat Suku ManggaraiSumber GramhoKelompok Suku Manggarai umumnya mendiami bagian barat pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur pria dari Suku Manggarai umumnya terdiri dari kemeja lengan panjang berwarna putih. Pakaian tersebut dipadukan dengan selendang dan sarung dengan motif kain songket. Terdapat aksesoris kepala yang dinamakan Sapu sebagai pelengkap. Tidak jauh berbeda dengan busana pria, Pakaian adat NTT perempuan dari Suku Manggarai menggunakan kebaya yang dipadukan dengan kain songket sebagai pakaian adatnya. Kebaya tersebut dilengkapi selendang kain dan hiasan kepala bernama Pakaian Adat Suku LioSumber InstagramSuku Lio merupakan suku bangsa terbesar dan tertua di Pulau Flores. Populasinya sebagian besar mendiami Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka di Pulau Flores, adat Nusa Tenggara Timur milik Suku Lio bernama Ikat Patola, yaitu kain tenun yang digunakan secara khusus untuk kepala suku dan warga kerajaan. Ikat Patola memiliki berbagai macam motif, contohnya biawak, dahan, dan manusia. Bagi wanita bangsawan, biasanya ditambahkan tambahan hiasan berupa manik-manik dan kulit JUGA Mengenal Pakaian Adat Madura Pria Dan Wanita Lengkap Dengan Ciri Khasnya5. Pakaian Adat Suku DawanSumber Dawan yang dikenal juga sebagai Suku Atoni merupakan salah satu etnis di NTT yang mendiami Pulau Timor bagian barat. Pakaian adat Nusa Tenggara Timur dari Suku Dawan memiliki nama Baju Amarasi. Bagi pria, pakaian adat NTT dari Suku Dawan ini terdiri dari baju bodo, yang dipadukan dengan sarung tenun. Terdapat pula aksesoris pelengkap seperti kalung habas berbandung gong, mutik salak, gelang timor, dan ikat wanita dari Suku Dawan menggunakan kebaya, yang dipadukan menggunakan sarung tenun dan selendang penutup dada. Dilengkapi pula aksesoris seperti kalung mutik salak, tusuk konde, sisir emas, dan gelang kepala Pakaian Adat Suku HelongSumber Helong merupakan suku bangsa yang berada di Pulau Timor. Populasinya sebagian besar mendiami Kabupaten Helong memiliki pakaian tradisional yang berbeda untuk pria dan wanita. Wanita mengenakan kombinasi atasan kebaya atau kemben, yang diikat menggunakan sabuk berwarna emas. Terdapat pula hiasan kepala berbentuk bulan sabit dan leher berbentuk bulan sebagai busana pria dari Suku Helong mengenakan atasan baju bodo dengan selimut lebar di bawahnya. Aksesoris lainnya terdiri dari ikat kepala serta perhiasan leher yang disebut habas. Pakaian tersebut mewakili identitas budaya suku Pakaian Adat Suku SabuSumber Sabu merupakan suku bangsa yang mendiami pulau Sawu dan pulau Raijua di Nusa Tenggara pria biasanya berupa kemeja putih lengan panjang yang dipasangkan dengan bagian bawah sarung katun, serta selendang yang disampirkan di bahu. Terdapat pula aksesoris tambahan seperti ikat kepala dari emas berupa mahkota bertiang tiga, kalung kulit kayu muti, ikat pinggang berkantong, perhiasan leher atau habas, dan gelang emas. Sedangkan busana wanita lebih sederhana, terdiri dari kebaya dengan dua balutan kain tenun berupa sarung dengan ikat pinggang yang disebut pending. BACA JUGA 3 Jenis Pakaian Adat Bali Berdasarkan Tingkatannya, Ciri Khas Dan Makna FilosofinyaJangan lupa untuk terus membaca postingan kita ya Sobat MI. Caranya mudah kok. Dengan klik disini. Rasakan manfaat, keasikan, dan keseruan mengenal indonesia melalui postingan di website dan akun social media mengenal Posts

Kabokang adalah tarian tradisional yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini umumnya dimainkan oleh para penari wanita yang menari dengan gerakan yang anggun dan sangat khas. Tari Kabokang ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sumba Timur, dan sering Pulau Sumba didiami oleh Suku Sumba dan terbagi atas empat kabupaten, Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur adalah bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Masyarakat Sumba secara rasial adalah campuran Ras Melanesia-Papua dan Ras Austronesia-Melayu, yang cukup mampu mempertahankan kebudayaan aslinya di tengah-tengah arus pengaruh asing yang telah singgah di kepulauan Nusa Tenggara Timur sejak dahulu kala. Kepercayaan khas daerah Marapu, setengah leluhur, setengah dewa, masih amat hidup di tengah-tengah masyarakat Sumba. Marapu menjadi falsafah dasar bagi berbagai ungkapan budaya Sumba mulai dari upacara-upacara adat, rumah-rumah ibadat umaratu rumah-rumah adat dan tata cara rancang bangunnya, ragam-ragam hias ukiran-ukiran dan tekstil sampai dengan pembuatan perangkat busana seperti kain-kain hinggi dan lau serta perlengkapan perhiasan dan senjata. Rumah di perkampungan Sumba. Di sebelah kanan adalah kubur tradisional. Suku Sumba masih menerapkan elemen-elemen megalitik dalam adat-istiadatnya, meskipun banyak di antara mereka telah memeluk agama Kristen. 11 Agustus 2013) Tour Wisata Kolosal melihat Kampung Adat Bod’o , dan Kampung Meglitik Namata. Didahului dengan pemakaian Pakaian Adat dan diterima dengan Pacuan Kuda dan Hod’Da, dilanjutkan dengan kunjungan melihat lokasi Tambak Garam Tradisional, dan penyulingan Sopi Sabu. Kemudian menuju ke lokasi wisata Lie Madira;
Sumba merupakan salah satu pulau yang sangat terkenal dengan budaya dan destinasi wisatanya, salah satunya adalah baju adat Sumba yang dapat dicoba oleh anda. Jika anda ingin menacari tahu baju-baju adat yang seperti apa dari pulau Sumba ini, maka anda adalah orang yang tepat jika berada disini. Pasalnya pada saat ini kami akan menjelaskan tentang 5 baju adat Sumba yang menarik dan bisa dicoba oleh anda. Yuk kita simak pembahasannya yang ada dibawah ini. Baca juga ya 5 Penginapan Murah Di Sumba Barat, Nyaman Dan Menyenangkan! 5 Desa Adat Sumba Yang Unik Dan Menarik 1. Baju Kain Tenun Baju Kain Tenun – foto milik gallery_rakat Salah satu baju adat Sumba yang paling banyak dikenal oleh banyak orang adalah kain tenun yang dibuat sebagai kain tenun. Yang membuat pakaian ini menjadi lebih unik adalah proses pembuatan dari kain tenun ini membutuhkan proses pembuatan yang cukup lama. Pakaian ini juga bisa di dapati oleh anda, namun sayang sekali baju ini dijual dengan harga yang mahal. Perlu diketahui oleh anda kalau baju dengan menggunakan kain tenun ini akan dimotif dengan beragam macam. Dan, pada baju ini terdapat beragam macam makna. Jika anda menemukan baju dengan kain tenun yang memiliki motif kuda, dimana lambang kuda tersebut melambangkan kalau ini adalah keagungan, kepahlawanan serta kebangsawanan. Dari hal ini, simbol tersebut menjadi salah satu simbol harga diri dari warga Sumba. 2. Baju Kain Pahikung Baju Kain Pahikung – foto milik elis_rahardjo Baju adat Sumba yang kedua adalah baju yang terbuat dari kain Pahikung. Akan tetapi, kain ini tidak sepopuler dengan kain Tenun. Baju yang terbuat dari kain Pahikung ini memiliki beragam macam motif khas dari daerah Sumba yang ada disana. Menurut sumber yang ditemukan, baju adat Sumba yang terbuat dari kain Pahikung ini bisa di dapati oleh anda. Asalkan anda memiliki biaya yang berkisaran antara hingga sampai dengan bahkan harganya bisa lebih dari itu. Ada banyak motif yang bisa ditemukan oleh anda dalam baju ini, seperti motif gajah, manusia, mamoli dan juga tengkorak. Akan tetapi, bukan motif-motifnya yang membuat kain ini menjadi lebih mahal, melainkan usianya yang dapat membuat harganya menjadi lebih mahal. 3. Baju Adat Sumba Timur Baju Adat Sumba Timur – foto milik laelypassions Selain beberapa baju adat Sumba yang telah dijelaskan diatas, di Sumba anda juga bisa menemukan pakaian adat yang lebih menarik, yakni baju adat Sumba Timur. Baju yang terbuat dari Sumba Timur ini memiliki beragam macam makna yang sangat berarti bagi warga Sumba Timur tersebut. Bahkan, baju tersebut bukan menjadi salah satu baju yang terbuat dari semabarangan bahan, justru di desain dengan cara yang khusus sehingga memiliki banyak arti. Baca juga ya 5 Bukit Dengan Savana Terindah Di Sumba Air Terjun Hirumanu Sumba Yang Sejuk Dan Menarik Jika anda adalah seorang wisatawan dan berkunjung di Sumba Timur, maka anda akan mengenakan baju adat tersebut. Dan, apabila anda tidak ingin menggunakan bajunya, cobalah untuk menolaknya dengan cara yang sopan. Dengan begitu anda akan terhindar dari masalah-masalah yang datang. Harga dari baju ini juga mahal dan tidak banyak juga yang memproduksinya. Baju adat Sumba Timur ini memiliki stukturnya yang menarik dan terlihat indah seperti baju adat-adat yang sangat berbudaya. 4. Baju Adat Sumba Barat Baju Adat Sumba Barat – foto milik novrasumbayak Baju adat Sumba Barat merupakan salah satu baju adat tradisional di bagian Sumba. Baju ini menjadi salah satu baju yang khas dari Sumba Barat. Dalam hal ini, baju Sumba Barat memiliki beragam macam motif dan memiliki makna-makna yang sangat bermakna bagi bangsa Sumba Barat ini. Baju ini sangat penting untuk Sumba Barat, bahkan untuk menggunakan baju ini memiliki aturan-aturan yang tertentu dari Sumba Barat. Jadi, perhatikanlah dengan hal ini agar anda tidak salah gunakan. 5. Baju Adat Sumba Barat Daya Baju Adat Sumba Barat Daya – foto milik winariwukaho Perlu diketahui oleh anda kalau Sumba Barat dan Sumba Barat Daya merupakan daerah yang berbeda, hanya saja kedua namanya memiliki kesamaan. Baju adat Sumba Barat Daya memiliki ciri-ciri khas tersendiri dan terbuat dari motif-motif yang memiliki beragam macam makna. Baca juga ya Mengenal Kampung Raja Prailu Sumba Yang Unik Apa Sih Itu Sungai Wanukaka Sumba? Ini Dia Pembahasannya Akan tetapi, sayang sekali baju ini tidak banyak orang yang mengetahui, mungkin hanya mereka saja yang mengetahui tentang baju adat Sumba Barat Daya. Namun, pada umumnya baju ini memiliki keindahan yang sangat indah dan berbeda dengan beragam macam baju adat tradisional Sumba yang lainnya. Jika kalian ingin melihat langsung keunikan rumah adat sumba ini, kalian bisa ikutan paket open trip murah ke sumba selama lima hari empat malam.
SumbaPulau Sumba terletak di Barat Daya Provinsi NTT, tepatnya berjarak sekitar 96 km di sebelah Selatan P. Flores, 295 km di sebelah Barat Daya P. Timor dan 1.125 km di sebelah Barat Laut Darwin Australia. Pulau ini
berdasarkanketentuan adat masyarakat sumba timur, perlengkapan pakaian laki-laki terdiri dari beberapa kain; tiara (ikat pada kepala) yang disebut juga kambala, dua Pekalongan(ANTARA News) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, mencanangkan memakai busana pakaian adat tradisional setiap tanggal 15 pada pegawai negeri sipil (PNS). Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Dwi Arie Putranto di Pekalongan, Minggu, mengatakan sesuai Surat Edaran Penjabat Wali Kota Nomor 060/03798 mewajibkan PNS OobT.
  • h2h09rcs3x.pages.dev/338
  • h2h09rcs3x.pages.dev/112
  • h2h09rcs3x.pages.dev/127
  • h2h09rcs3x.pages.dev/150
  • h2h09rcs3x.pages.dev/241
  • h2h09rcs3x.pages.dev/369
  • h2h09rcs3x.pages.dev/407
  • h2h09rcs3x.pages.dev/295
  • pakaian adat sumba timur